Seberapa Penting sih Konseling tuh?

Fitri Sholiha
5 min readFeb 6, 2021
Seberapa penting sih konseling tuh

“Fit, gue lagi bingung nih.”

“Fit, kenapa ya sekarang gue gini.”

“Fit, menurut lo gue lagi kenapa sih?”

“Fit, gue jadi pengen cerita deh.”

Gak jarang orang-orang di sekitar gue nemuin/chat gue tentang keresahannya atau hanya sekadar ingin didengerin aja. Mereka kenal gue sebagai mahasiswi jurusan Bimbingan dan Konseling yang kalo lagi curhat ke gue katanya ‘mumpung cerita ke lo gratis’. Hmm gue sendiri seneng sih dipercaya sama orang dan mereka mau terbuka, hitung-hitung melatih kemampuan gue untuk ‘mendengarkan orang lain’ tapi masalahnya adalah gue sendiri kadang gak tau yang harus ngasih saran/pandangan kayak apa☹. Sebenernya wajar sih toh ilmu gue belom banyak alias kuliah aja belom selesai cuma kan gak enak ya kalo mereka gak dapetin layanan yang mereka pengen. Gue pribadi nyaranin beberapa dari mereka untuk konsultasi ke Mentor/Konselor/Psikolog/Psikiater tergantung seberapa rumit keresahan yang mereka alami. Jawaban mereka beragam ketika gue saranin hal tersebut, misalnya “kayanya masalah gue gak sebesar itu deh”, “gue masih belom yakin deh.. cerita gue bakal aman gak ya?”, “emangnya udah pasti bakal selesai ya?” dan yang lainnya. Ok, gue akan jawab satu persatu keresahan mereka tersebut.

1. “Kayanya masalah gue gak sebesar itu deh”

Punya masalah itu gak apa-apa dan wajar, poinnya adalah lo bisa selesain masalah itu atau engga. Ketika lo punya masalah entah dari internal (dalam diri) atau eksternal (luar diri) untuk menyelesaikannya kadang lo butuh cerita dulu supaya pikiran lo terarah dan keresahan yang lo alami jadi terjabarkan, sehingga lo jadi nemuin solusinya. Cerita di sini juga macem-macem bisa ke diri sendiri (self-talk), teman dekat, keluarga, sampai ke ahli profesional, jurnaling, dsb. Nah, sekarang jenis masalah kayak apa dan tanda-tanda lo harus konsultasi ke ahli profesional untuk menyelesaikan masalah lo? Lo bisa nonton dua video Satu Persen di bawah ini untuk tahu jawaban selengkapnya.

7 Tanda Kamu Perlu Ke Psikolog (Terapi Psikologis) https://www.youtube.com/watch?v=J2uASokVp5I&t=107s&ab_channel=SatuPersen-IndonesianLifeSchool

Ciri Masalah Kamu Perlu Bantuan Psikolog (Bagaimana Cara Pergi ke Psikolog?) https://www.youtube.com/watch?v=gKEodmnrEms&ab_channel=S atuPersen-IndonesianLifeSchool

2. “Gue masih belom yakin deh. Kira-kira cerita gue bakal aman gak ya?”

Jurusan Psikologi punya buku panduan namanya “Kode Etik Psikologi Indonesia” yang dibuat oleh HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia). Lo bisa nemuin pada salah satu bab mereka, yaitu Bab 5 judulnya “Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi” di dalamnya banyak dibahas tentang harusnya Psikolog menjaga kerahasiaan klien mereka, salah satunya Pasal 24 tentang Mempertahankan Kerahasiaan Data. Begitu juga dengan Konselor, mereka memiliki asas-asas yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, salah satunya adalah Asas Kerahasiaan. Asas ini merupakan asas yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini Guru BK berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. Jadi, lo gak usah takut untuk konseling, ya!😊

3. “Emangnya udah pasti masalah kita bakal selesai, ya?”

Pada bukunya Prof. Syamsu Yusuf LN, dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, disebutkan bahwa

keberhasilan konseling itu menyangkut beberapa hal, yaitu pemahaman dan penerimaan diri yang positif; penurunan kecemasan; perubahan sikap; dan memiliki tujuan/perencanaan hidup yang jelas.

Ketika lo sudah merasa beberapa hal tersebut dan/atau ahli sudah menyatakan konseling yang lo jalanin bisa selesai, maka lo kemungkinan sudah bisa dinyatakan sehat kembali. Namun, terkait masalah-masalah yang harus ditangani oleh ahli tentu gue sangat menyarankan agar keputusan lo sehat atau belumnya ditentukan ahli profesional.

Apakah keraguan dalam diri lo untuk konseling ke Psikolog sudah berkurang? Supaya lo semakin yakin apakah harus konseling atau enggak, lo juga perlu tau nih apa aja manfaat yang dirasakan ketika ikut konseling.

Baca juga: Pentingnya Hobi untuk Menggali Potensi Diri (https://satupersen.net/blog/pentingnya-hobi-untuk-menggali-potensi-diri)

Apa sih manfaat ikut konseling?

Nah, berikut tujuan-tujuan konseling yang disampaikan oleh ahli.

Menurut Richard Nelson John tujuan konseling adalah mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi diri untuk mengkreasi kehidupannya. Lo jadi punya kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dengan wajar, berpikir rasional, dan bertingkah laku yang efektif. Sebagai tujuan akhir (the ultimate goal) konseling adalah individu (dalam hal ini adalah lo) dapat menolong dirinya sendiri (help themselves) atau mengkonseling dirinya sendiri (self-counseling).

Tujuan konseling dari ahli lainnya dijelasin oleh John McLeod.

1. Insight

Lo jadi paham hakikat dan pengembangan masalah-masalah emosional dan meningkatkan kemampuan mengontrol perasaan serta tingkah laku secara rasional.

2. Relating with others

Lo punya kemampuan yang lebih baik dalam membentuk dan memelihara hubungan yang baik dengan orang lain.

3. Self-awereness

Lo jadi lebih menyadari pikiran dan perasaan yang tertekan atau ditolak, dan mampu mengembangkan perasaan yang lebih akurat tentang gimana sebaiknya menampilkan diri.

4. Self-acceptance

Lo bisa menerima diri sehingga dapat mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri.

5. Self-actualization or individuation

Lo dapat mengupayakan diri ke arah pengembangan potensi diri atau mencapai suatu pengembangan pribadi yang sebelumnya mengalami konflik.

6. Enlightenment

Lo dapat mencapai tahapan spiritual yang tinggi.

7. Problem-solving

Lo memiliki kemampuan atau kompetensi untuk memecahkan masalah.

8. Psychological education

Lo jadi punya gagasan atau teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku diri.

9. Acquistion of social skills

Lo jadi bisa belajar dan menguasai keterampilan sosial atau interpersonal.

10. Cognitive change

Lo mampu memodifikasi atau mengganti keyakinan-keyakinan yang tidak rasional atau pola pikiran yang maladaptif (menyimpang) yang berhubungan dengan tingkah laku destruktif (perilaku yang merusak).

Baca juga: Memahami Tujuan Hidup: Cara Merencanakan dan Bagaimana Mencapainya (https://satupersen.net/blog/tujuan-hidup-memahami-dan-merencanakannya)

11. Behavior change

Kalo tadi lo mampu memodifikasi atau mengganti pikiran yang tidak rasional, konseling juga membantu lo jadi mampu memodifikasi atau mengganti pola tingkah laku destruktif.

12. Systemic change

Lo mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yaang terjadi dalam sistem sosial.

13. Empowerment

Lo terampil untuk bekerja dan memiliki kesadaran atau pengetahuan untuk mengontrol hidup lo sendiri.

14. Restitution

Lo memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperbaiki atau mengubah tingkah laku yang destruktif.

15. Generativity and social action

Lo memiliki rasa senang dan mampu untuk memperhatikan orang lain atau berkontribusi terhadap kepentingan hidup orang banyak (masyarakat).

Kesimpulannya konseling menjadi penting ketika masalah yang lo alami memang perlu ditangani oleh ahli karena kalau gak ditangani atau segera ditangani, hal itu akan jauh lebih rumit bahkan mungkin berbahaya bagi diri lo dan lingkungan sekitar dikemudian hari. Selain itu, konseling jadi penting juga ketika lo pengen cerita tapi merasa gak ada yang bakal ngertiin lo. Tenang aja karena para profesional sudah dibekali ilmu-ilmu dibidangnya terkait mentoring dan konseling, mereka akan melayani lo dengan terbuka, empati, dan gak akan menghakimi lo😊.

Gimana? Apa jadi tertarik untuk ikut konseling atau pun mentoring? Atau masih bingung mau dapetin layanan yang mana? Tenang! Lo juga bisa tes layanan konsultasi sesuai kebutuhan GRATIS dari Satu Persen.

Tes Layanan Konsultasi Sesuai Kebutuhan

Layanan Konseling

Tes Online

Semangat sehat!:)

#MentalHealthRangerSatuPersen

Sumber:

Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.

Kurniati, E. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah; Prinsip dan Asas. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(2), 1–77.

Yusuf, Syamsu, LN. (2016). Konseling Individual Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Gambar: Ted Roelos on bridgemi.com

--

--

Fitri Sholiha

Mental health and psychology enthusiast | Student of Guidance & Counseling